BELAJAR DARI FILOSOFI JAWA

Dalam proses perjalanan manusia akan mengalami hal hal spiritual, sehingga setiap langkah akan menjadi kesimpulan yang akan diceritakan kepada generasi berikutnya.

Hal itu tidak terkecuali pada setiap filosofi yang telah ditinggalkan oleh Mbah Buyut/ Nenek Moyang kita diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Urap Urup lan Urip
    Bercampur, berinteraksi dan Hidup, Pada hakikatnya manusia tidak akan pernah bisa hidup sendiri sehingga kita diarahkan untuk dapat bersosialisasi dengan cara tersebut diharapkan kita dapat mengambil kaweruh / pengetahuan dari orang lain (bertukar pendapat) sehingga kita bisa mendapatkan bekal tambahan untuk bisa menjalani kehidupan yang sementara ini.

2. Ojok Kuminter Mundak Keblinger, Ojok Cidra Mundak Ciloko
    Jangan Merasa Paling Pintar Biar kita tidak salah arah, jangan mencurangi supaya kita tidak celaka, filosofi tersebut tentunya sering kita dengar dan terasa mudah kita lakukan, namun dalam kehidupan di era modern ini tentunya hal itu tidak semuda yang kita dengar dan kita ucapkan, kita dihadapkan dengan lingkungan dan kebutuhan yang semakin meningkat, tapi jika kita tetap konsisten dengan filosofi tersebut Inya Allah kita akan berjalan pada jalan yang di RidhoiNya karena Pengeran Mboten Sare (Allah tidak tidur).

3. Becik Ketitik Olo Ketoro,
    Berbuatan Baik pasti akan terlihat begitupun sebaliknya perbuatan jelek lambat laun akan terlihat juga, Pribahasa Mengatakan "semua akan terjawab seiring berjalannya waktu" begitupun setiap perbuatan atau prilaku kita sebagai hambah terkadang kita malu untuk mengakui perbuatan tercelah kita meskipun suatu saat perbutan itu juga akan terlihat. jadi kenapa kita harus menunda suatu pengakuan jika suatu saat akan terlihat.

4. Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe
    Tidak Mengharapkan Upah, Giat dan Bersungguh-sunggu dalam bekerja, filosofi ini sekilas akan bertentangan dengan kehidupan modern, karena dalam kehidupan modern bekerja itu untuk mencari upah, namun jika ditela'ah lebih mendalam semboyan dari Mbah Buyut/ Nenek Moyang kita benar adanya, bahwa jika melakukan pekerjaan dengan harapan mendapat upah lebih banyak maka kita akan kehilangan kaweruh / pengetahuan / ilmu dalam pekerjaan tersebut. yang mana upah / pamrih akan mengikuti searah dengan kesungguh-sungguhan kita mendapatkan kaweruh / pengetahuan / ilmu yang telah didasari dengan kihlasan.

6. Sopo Nandur Bakal Ngunduh.
    Siapa yang Menanam Nantinya Juga Akan Memetik, dalam hal ini lebih tepatnya mungkin sebagai motifasi kita untuk tetap berbuat baik pada siapapun, termasuk kepada orang yang telah memberikan musibah bagi kita ataupun musuh kita. karena dengan kebaikan dan kasih sayang akan membawah peradapan dan suasana baru yang lebih bahagia.

7. Ngunduh Wohing Pakarti
    Setiap Orang Akan Mendapatkan Ganjaran Dari Setiap Perbuatan. dalam filosofi ini tentunya tidak jauh berbeda dari Sopo Nandur Bakal Ngunduh atau Becik Ketitik Olo Ketoro. Namun dalam filosofi ini lebih di titik beratkan pada dampak dari setiap berbuatan kita, yang mana dalam kehidupan tentunya ada sebab dan akibat yang harus kita ketahui, sebagaimana Pengeran Menciptakan kita tentunya mempunyai alasan yang menjadi sebab kita dilahirkan Neng Alam Dunyo.

8. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorke, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugeh Tanpo Bondho
    Menyerang tanpa teman, Menang Tanpa Merendahkan, Sakti Tanpa Ajian, Kaya Tanpa Kemewahan, Simpel tapi berat itulah yang terkandung dalam Menyerang Tanpa Teman yang mana dalam kehidupan kita harus berani menghadapi segala ketakutan dan ancaman kehidupan tanpa adanya bantuan dari teman, sanak saudara terkecuali  Pengeran sehinga pada saat kita mendapatkan kemenangan kita tetap menghargai makhluq ciptaanNya. sedangkan Menang Tanpa Merendahkan saya mengartikan bahwa setiap kemenangan yang kita dapatkan adalah hasil dari kekalahan yang mana kita harus lebih menghargai kekalahan untuk bisa mendapatkan kemenangan. dan Sakti Tanpa Ajian saya mengartikan bahwa setiap makhluq Pengeran tentunya sudah dibekali dengan ke kharisma an dan kewibawaan, dan untuk mendapatkan hal tersebut manusia tidak berhak meminta itu kepada makhluq karena hal itu akan di dapatkan seiring dengan prilaku dan budi peketi dan menghargai setiap makhluq ciptaanNya. dan yang terakhir adalah Kaya Tanpa Kemewahan, dalam hal ini kita diberikan petuah oleh Mbah Buyut/ Nenek Moyang kita bahwa setiap hal yang kita punya pada hakikatnya bukanlah milik kita, jangankan harta kekayaan, organ yang ada di dalam tubuh kita semuanya adalah pinjaman dari Sang Pengeran. dengan menanamkan hal itu maka Insya Allah kita akan dijauhkan dari hal hal yang membuat kita sombong seperti Pesen dari Mbah Buyut/ Nenek Moyang Urip Mung Mampir Minum (Hidup Itu Hanya Mampir Minum).


Semoga tulisan mengenai filosofi ini senantiasa dapat bermanfaat bagi kita semua. Kene Orep Kudu Podho Ngelengke dan mohon maaf bila ada kekurangan dalam mengartikan peninggalan dari Mbah Buyut ini.


     

Komentar

Postingan Populer